FISIOLOGI PERSALINAN
Oleh:
Fitria Indah Lestari
Cok Istri Putri Prigita Puspawati
Ni Putu Ayu Oktaviani Astuti
Indayani Rahman
Kartini
Ita Rosmalina
Eka Diana Susanti
PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2010/2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kita berada dalam keadaan sehat walafiat dan mendapat kesempatan untuk menyusun makalah yang berjudul tentang “ Fisiologi Persalinan” untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Reproduksi.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan, ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman – teman yang selalu memberikan motivasi dan dorongan dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki berbagai kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran kiranya dapat disampaikan kepada penulis guna penyempurnaan masalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi seluruh mahasiswa kebidanan.
Yogyakarta, 17 Desember 2011
Ttd
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematan ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan satu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Indonesia, di lingkungan Asia, merupakan Negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5%, dan anesthesia 2,0%. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18-20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi 24-34%, prematuritas BBL 15-20%, dan cacat bawaan 1-3%.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi yang terjadi di Indonesia penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama persalinan. Oleh karena itu pada penulisan makalah ini penulis akan membahas mengenai proses fisiologis persalinan yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu kebidanan khususnya mengenai persalinan dan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengerti dan memahami teori terjadinya persalinan
2. Mahasiawa memahami dan mengetahui jenis-jenis persalinan
3. Mahasiswa mengerti dan memahami tahap persalinan
4. Mahasiswa mengerti dan memahami tanda-tanda persalinan
5. Mahasiawa memahami dan mengetahui perbedaan his palsu dan his persalinan
6. Mahasiawa memahami dan mengetahui konsep moulase dalam persalinan
7. Mahasiawa memahami dan mengetahui mekanisme fisiologi kala I sampai kala II
8. Mahasiawa memahami dan mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi persalinan
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori terjadinya persalinan ?
2. Apa saja jenis-jenis persalinan ?
3. Bagaimana tahapan dalam persalinan ?
4. Apa saja yang termasuk dalam tanda-tanda persalinan ?
5. Apa perbedaan his palsu dengan his persalinan ?
6. Bagaimana konsep moulase dalam persalinan ?
7. Bagaimana mekanisme fisiologi kala I sampai kala II ?
8. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori terjadinya persalinan
Proses terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen terdapat dalam keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan. Oksitosin diduga bekerjasama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai dari umur kehamilan minggu ke-15. Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk dimulainya kontraksi rahim.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan, antara lain :
2.1.1 Teori keregangan
a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
c. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
2.1.2 Teori penurunan progesteron
a. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
b. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
c. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
2.1.3 Teori oksitosin internal
a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior
b. Perubahan keeimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.
c. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.
2.1.4 Teori prostaglandin
a. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan.
c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
2.1.5 Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
a. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973.
b. Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.
c. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan.
d. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan.
e. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
2.2 Jenis persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Jenis persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
a. Persalinan spontan.
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Pesalinan buatan.
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran.
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
2.3 Tahapan persalinan
2.3.1 Persalinan kala I.
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Pada kala I ini terjadi pendataran dan penipisan serviks.
2.3.2 Kala II atau kala pengusiran.
Gejala utama kala II (pengusiran) adalah
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaranan cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhouser.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi:
1) Kepala membuka pintu
2) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:
1) Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam keatas untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.
3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
g. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.
2.3.3 Kala III (pelepasan placenta)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya placenta sudah dapat diperkirakan dengan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Uterus menjadi bundar
b. Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
c. Tali pusat bertambah panjang
d. Terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara Crede pada fundus uteri.
2.3.4 Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakuakn:
a. Tingkat kesadaran penderita.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan respirasi.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya perdarahan.
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
2.4 Tanda-Tanda Persalinan
2.4.1 Terjadinya his persalinan.
His persalinan mempunyai sifat:
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan.
b. Sifatnya teratur, interval makin pendek, durasi makin lama dan kekuatannya makin besar.
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.
d. Makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah.
2.4.2 Pengeluaran lendir bercampur darah (pembawa tanda).
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan menimbulkan:
a. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
b. Terjadi perdarahan Pendataran dan pembukaan servik.
c. kapiler pembuluh darah pecah.
2.4.3 Pengeluaran cairan.
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
2.5 Perbedaan his palsu dan his persalinan.
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi Braxton Hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan demikian makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sebagai his palsu.
Perbedaan his palsu dan his persalinan antara lain:
His permulaan (palsu) | His persalian |
Rasa nyeri ringan di bagian bawah | Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan |
Datangnya tidak teratur, interval panjang, durasinya pendek | Sifatnya teratur, interval makin pendek, durasi makin lama dan kekuatannya makin besar |
Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda | Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks |
Tidak bertambah bila beraktivitas | Makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah |
2.6 Konsep Moulage
Moulage adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Moulage itu mungkin karena adanya sutura. Tulang kepala yang yang saling menyusup atau tumpang tindih menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (cephalo pelvic disproportion -CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul sangat penting untuk memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Segera lakukan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Moulage merupakan perubahan bentuk kepala dalam usaha menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yaitu dengan bergesernya tulang tengkorak yang satu dibawah tulang tengkorak yang lain. Dengan adanya moulage ukuran yang melalui jalan lahir menjadi kecil sedangkan ukuran yang tegak lurus menjadi lebih panjang. Misalnya pada presentasi belakang kepala diameter suboksipito bregmatika menjadi kecil dan diameter mento oksipitalis bertambah. Biasanya os oksipital dan kadang-kadang juga os frontal bergeser dibawah os parietal kemampuan moulage dapat menentukan apakah perrsalinan dapat berlangsung dengan spontan atau tidak. Namun moulage yang terlalu kuat dapat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan dalam tengkorak.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak yang sesuai dibawah lajur air ketuban. Dibawah ini merupakan lambang-lambang yang dapat digunakan.
No. | Lambang | Keterangan |
1 | 0 | Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi. |
2 | 1 | Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan. |
3 | 2 | Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan. |
4 | 3 | Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan lagi. |
2.7 Mekanisme fisiologi kala I sampai kala IV
Mekanisme persalinan Normal adalah gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Penyesuaian diri berupa : fleksi, rotasi dari janin. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin tersebut harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia didalam panggul. Diameter-diameter yang lebih besar dari janin harus menyesuaikan diri dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu:
a. Masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kedalam pintu atas panggul pada primigravida (yang baru pertama kali hamil) sudah terjadi pada bulan terkahir kehamilan tetapi pada multigravida (yang sudah pernah hamil sebelumnya) biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis, melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir, ialah tepat diantara simpisis dan promontorium, maka kepala dikatakan dalam synclitismus dan synclitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak kebelakang mendekati promontorium maka posisi ini disebut asynclitismus. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan. Asynclitismus posterior ialah jika sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan. Asynclitismus anteriorialah jika sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
b. Majunya kepala.
Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga panggul dan biasanya baru dimulai pada kala 2. Pada multigravida sebaiknya majunya kepala dan masuknya kepala kedalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan majunya kepala : Tekanan cairan intrauterin, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan meneran, melurusnya badan janin oleh perubahan bentuk rahim.
Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan posisi, serta peneranan selama kala 2 oleh ibu. Penurunan kepala mengalami tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu
2. Desensus merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan pelurusan badan janin
3. Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar bagian terkecil masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11,5 cm). Fleksi disebabkan karena janin didorong maju, dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan dorongan dan tahanan ini terjadilah fleksi, karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.
4. Putaran paksi dalam/rotasi internal, pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah sympisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan kebawah simpisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putara paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu kepala sampai ke hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasa panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala. Pada bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit yaitu pada sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genetalis antara M. Levator ani kiri dan kanan. Pada ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior. Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter enteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul
5. Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini terjadi pada saat lahir kepala, terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk lengkungan Carrus, yang mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Bagian leher belakang dibawah occiputnya akan bergeser dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknay ekbawah dan satunya kerena disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas. Resultantenya ialah kekuatan kearah depan atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah sympisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi hidung dan mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomoclion
6. Rotasi eksternal/putaran paksi luar, terjadi bersamaan dengan perputaran interior bahu. Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang etrjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi.
7. Restitusi adalah perputaran kepala sejauh 45ᴼ baik kearah kiri atau kanan bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
8. Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahi mengikuti lengkung carrus (kurva jalan lahir).
Penurunan kepala dapat juga digambarkan seperti dibawah ini
2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah
a. Power
a. His (kontraksi otot rahim).
b. Kontraksi otot dinding perut.
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
His atau kekuatan kontraksi rahim yang normal mempunyai sifat dimulai dari salah satu tanduk rahim, kemudian menjalar keseluruh otot rahim. Kekuatan ini seperti memeras isi rahim. Otot rahim yang berkontraksi tidak akan kembali kepanjang semula, sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
b. Pasanger (janin dan plasenta).
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim pertumbuhannya belum tentu normal, kelainan genetik dan kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan adanya pertumbuhan yang tidak normal antara lain:
a. Kelainan bentuk dan besar janin : anensefalus, hidrosefalus dan janin makrosomia.
b. Kelainan pada otak kepala : presentasi puncak, muka, dahi dan kelainan occiput.
c. Kelainan letak janin : letak sungsang, lintang, mengolak, rangkap.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Kepala janin memiliki ciri oval yang membuat bagian lain lebih mudah lahir setelah bagian besarnya lahir, berbentuk kogel atau mudah digerakkan kesegala arah dan persendian sedikit kebelakang yang berfungsi untuk fleksi pada putaran paksi dalam.
c. Passage atau jalan lahir.
Passage atau jalan lahir terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Jalan lahir lunak terdiri atas otot, jaringan dan ligamen. Sedangkan jalan lahir tulang atau keras terdiri dari tulang panggul dan sendi.
d. Psikologis
Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat merasa kesakitan awal persalinan. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati karena merasa telah menjadi “wanita sejati”.
Psikologis meliputi:
1. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual.
2. Pengalaman bayi sebelumnya.
3. Kebiasaan adat.
4. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skil dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
2. Proses terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti.
3. Dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu estrogen dan progesteron.
4. Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan, antara lain teori keregangan, teori penurunan progesteron, teori oksitosin internal,teori prostaglandin, dan teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis.
5. Persalinan berdasarkan definisi antara lain persalinan spontan, persalinan buatan, persalinan anjuran.
6. Tahapan persalinan normal dimulai dari kenceng teratur, pengeluaran bayi, pelepasan dan pengeluaran plasenta, sampai 2 jam setelah postpartum.
7. Tanda-tanda persalinan antara lain : terjadinya his persalinan, pengeluaran lendir bercampur darah (pembawa tanda), dan pengeluaran cairan.
8. Moulage adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.
9. Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah power, pasanger (janin dan plasenta), psikologis, penolong, dan passage atau jalan lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC
Obstetri fisiologi.1983. Bandung:Eleman
Prawirohardjo, Sarwono.2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sujiyatini. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta:Rohima Press
|