Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Oleh:
Putu Ayu Praptisari (10140025/B71)
Ni kadek Tia Astuti (10140027/B71)
Juniarti (10140032/B71)
Program Studi DIV Bidan Pendidik
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alami tetapi bukannya tanpa resiko dan merupakan beban bagi seorang wanita. Dalam kehamilan dan persalinan tiap ibu hamil akan menghadapi resiko terjadinya penyakit atau komplikasi baik ringan maupun berat yang dapat memberikan bahaya kematian, kesakitan, ketidaknyamanan ataupun ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa pada tahun 2003 terdapat 1 dari 250 (0,04%) kelahiran di dunia menderita kehamilan ektopik, dengan jenis kehamilan ektopik adalah kehamilan tuba falopii, yang sebagian besar (80 %) dialami oleh wanita pada usia 35 tahun ke atas serta dilaporkan bahwa 60 % dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa AKI di Indonesia merupakan yang tertinggi di Negara ASEAN. Pada tahun 2008 menunjukan AKI 307/100.000 kelahiran hidup atau 20.000 per hari, berarti 50,5 perhari atau 2,1 % per jam. Yang antara lain disebabkan oleh perdarahan (53,23 %), infeksi (11,29 %), eklamsia 27,42 % lain-lain (8,06 %) (Depkes RI, 2008). Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan ektopik atau 0,02%.s (BPS Kesehatan, 2007). Salah satu tolak ukur penting dalam menciptakan Indonesia sehat 2020 adalah menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbesar ( 58,1 %) adalah karena perdarahan dan eklamsi. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan yang memadai. Tingginya angka kematian maternal yang berhubungan dengan kehamilan dipengaruhi faktor didalam dan faktor diluar kesehatan. Beberapa faktor kesehatan antara lain : tindakan aborsi yang tidak aman, perdarahan ante, intra, dan postpartum infeksi, persalinan macet, penyakit hipertensi, anemia dan kehamilan ektopik.
Mengingat hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menulis makalah yang berhubungan dengan kehamilan patologis khususnya kehamilan ektopik, karena Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat apabila kehamilan ektopik terganggu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kehamilan ektopik?
2. Apa saja faktor penyebab dari kehamilan ektopik?
3. Apa yang merupakan tanda dan gejala ( gambaran klinik) dari kehamilan ektopik?
4. Apa saja yang merupakan faktor risiko kehamilan ektopik terganggu?
5. Bagaimana mendiagnosa kehamilan ektopik?
6. Bagaimana penanganan dari kehamilan ektopik?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan kebidanan patologis khususnya kehamilan ektopik terganggu, diantaranya :
a. Mengetahui pengertian dari kehamilan ektopik
b. Mengetahui faktor penyebab dari kehamilan ektopik
c. Mengetahui dan mampu mengidentifikasi tanda dan gejala (gambaran klinik) dari kehamilan ektopik
d. Mengetahui dan mampu mendiagnosa kehamilan ektopik
e. Mampu memberikan penanganan awal terhadap pasien yang terdiagnosa kehamilan ektopik terganggu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984, Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk rudimeter rahim.Namun ada juga yang menyebutkan Kehamilan Ektopik Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium (Mansjoer A, 2000 ; 267). Buku lain menuliskan Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri (Prawiroharjo S, 2002 ; 323) atau Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri (Prawiroharjo S, 1999, ; 1J2. )
B. Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976) dan Ilmu Kandungan (1989), penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976)Beberapa sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba, antara lain :
1. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum telur ada cavum uteri.
2. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
3. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
4. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke uterus lambat.
5. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.
6. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
7. Abortus buatan.
Faktor-faktor yang memegang peranan terjadinya kehamilan ektopik terganggu adalah sebagai berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebapkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu
b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini di sertai gangguan fungsi silia endosalping
c. Oprasi plastik tuba dan sterilisasi yang sempurna dapat menjadi sebab lumen menjadi menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghabat perjalanan telur
b. Telur yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalan telur yang dibuahi ke uterus pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature.
b. Fertilasi in vitro
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976).
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di resorbsi.Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu, diantaranya :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.2. Abortus ke dalam lumen tuba
Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
C. Gambaran klinik
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976).
Gejala-Gejala Yang Terpenting:
1. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang setelah mengangkat
benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga pada waktu sedang
istirahat.
benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga pada waktu sedang
istirahat.
2. Adanya AMENOREA: amenorea sering di temukan walaupun hanya pendek saja sebelum di
ikuti oleh perdarahan.
ikuti oleh perdarahan.
3. PERDARAHAN: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
4. Shock karena hypovoluemia.
5. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)
6. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
7. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
8. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan
peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
9. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.
D. Faktor Resiko
1. Umur Ibu
Ibu yang berusia tua dipertimbangkan dapat beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama kehamilan khususnya kehamilan ektopik. Semakin banyak wanita yang berusia 35 tahun ke atas memiliki kecenderungan kehamilan ektopik (Winkjosastro, 2002). Umur beresiko pada ibu saat kehamilan dan persalinan. Umur < 20 tahun dan 25 – 35 tahun dalam kurun waktu reproduksi yang sehat dikenal bahwa umur yang aman untuk kehamilan. Sedangkan pada umur > 35 tahun sudah beresiko karena alat reproduksi tidak berfungsi secara sempurna (Manuaba, 2003). Pada umur kehamilan muda dalam 12 minggu pertama kehamilan, semakin muda umur kehamilan maka semakin berpotensi untuk terjadinya abortus. Disebabkan villi korialis belum menembus desidua secara mendalam dan plasenta belum terbentuk secara sempurna (Cunningham, dkk. 2001).
2. Paritas Ibu
Paritas adalah jumlah kelahiran yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 minggu). Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan. Paritas 2 – 3 merupakan paritas yang paling aman, ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstertik yang lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Manuaba, 2002). Jumlah anak yang telah dilahirkan dan hidup oleh ibu, menurut Royston, persalinan yang berulang akan menimbulkan banyak resiko. Dibuktikan bahwa persalinan pertama, kedua dan ketiga adalah persalinan yang aman. Ibu dengan paritas lebih dari tiga mempunyai resiko terjadinya kehamilan ektopik hal ini dikarenakaan sudah seringnya plasenta berimplantasi segmen bawah rahim menjadi rapuh dan banyak serabut kecil pembuluh darah yang mengalami kerusakan akibat riwayat persalinan (Wiknjosastro, 2002).
3. Riwayat Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau berat janin < 500 gram. Meningkatnya insidensi aborsi yang induksi menyebabkan kerusakan histologik dan structural terhadap tuba tanpa penanganan yang baik. Akibat kerusakan tersebut secara langsung akan menyebabkan terjadinya insidensi kehamilan ektopik pada ibu. Frekuensi aborsi lebih dari satu kali sangat beresiko tinggi menyebabkan kehamilan ektopik. (Manuaba, 2002)
E. Diagnosis
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kandungan (1989), Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik, gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesukaran yang terpenting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini. Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002, Pemeriksaan untuk membantu diagnosis:
1. Tes kehamilan
2. Pemeriksaan umum
dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan.
dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan.
3. Anamnesis
kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
4. Pemeriksaan ginekologi
Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor
disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang teraba tumor
disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
5. Pemeriksaan laboratorium
diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam ronggan
perut.
diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam ronggan
perut.
6. Pemeriksaan kuldosentesis
Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
7. Pemeriksaan ultra sonografi
apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung
janin.
apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak denyut jantung
janin.
8. Pemeriksaan laparoskopi
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
1. Abortus imminens
2. Penyakit radang panggul (akut / kronik)
3. Torsi kista ovaril
F. Penatalaksanaan Atau Penanganan
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif
gawat darurat.
operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua
jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
gawat darurat.
operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam dua
jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini
1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap
dan wadah penampung yang steril
dan wadah penampung yang steril
2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam
kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan
dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan
diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan
dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan
diberikan larutan sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada
bagian tabung tetesan.
bagian tabung tetesan.
e. Tindakan dapat berupa :
1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung
hasil konsepsi.
hasil konsepsi.
2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba
tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil
konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian
tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang
sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil
konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian
tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang
sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba
yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik
kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti biotik
kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan :
1) Ketoprofen 100 mg supositoria.
2) Tramadol 200 mg IV.
3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari
i. Konseling pasca tindakan
i. Konseling pasca tindakan
1) Kulanjutan fungsi reproduksi.
2) Resiko hamil ektopik ulangan.
3) Kontrasepsi yang sesuai.
4) Asuhan mandiri selama dirumah.
5) Jadwal kunjungan ulang.
2) Resiko hamil ektopik ulangan.
3) Kontrasepsi yang sesuai.
4) Asuhan mandiri selama dirumah.
5) Jadwal kunjungan ulang.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
PADA Ny “M” UMUR 26 TAHUN G1P0A0Ah0 UK 6+2 minggu
DI RB ESTHINI TRICAHYO Amd.Keb.,SKM
TOYAN TRIHARJO WATES
No.RM : 443 - 21
Masuk tgl/jam : 08 Maret 2012
Dirawat di ruang : -
I. PENGKAJIAN Tgl: 08 Maret 2012 Jam: 08.00 WIB Oleh: Bidan Ani
A. Data Subjektif
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny “M” Tn “A”
Umur : 26 Tahun 28 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Pedagang
Alamat : Jl Sukun Gg Kamboja Jl Sukun Kamboja
Karang Bendo Karang Bendo,
No.Telp : 087335674332 087838288808
2. Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
3. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan darah flek pada celana
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari Teratur : teratur
Sifat Darah : cair
5. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : Sah Menikah ke : pertama
Lama : 1 tahun Usia menikah : 25 tahun
6. Riwayat Obstetrik :G1 P0 A0 Ah0
Hamil Ke- | Persalinan | Nifas | |||||||
Tgl | Umur Kehamilan | Jenis Persalinan | Peno- long | Kompli- kasi | J K | BB Lahir | Lak-tasi | Komplikasi | |
Hamil ini | |||||||||
7. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
NO | Jenis Kontra- sepsi | Pasang/Mulai | Lepas/Berhenti | ||||||
Tgl | Oleh | Tempat | Keluhan | Tgl | Oleh | Tempat | Alasan | ||
Ibu megatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi | |||||||||
8. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPM /HPHT : 24 januari 2012 HPL : 1 mei 2012
b. ANC pertama umur kehamilan : 5+2 minggu
c. Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 1 kali
Tempat : BPS
Keluhan : Mual muntah
Terapi : B6, Kalk, B complek
Trimester II
Frekuensi :
Tempat :
Keluhan :
Terapi :
Trimester III
Frekuensi : -
Tempat : -
Keluhan : -
Terapi : -
d. Imunisasi TT
TT1 : Januari 2011
TT2 : Februari 2011
TT3 :
TT4 :
TT5 :
9. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari) :
Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin
10. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun, dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular (Hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS), menurun (Hipertensi, DM, asma) dan menahun (jantng, paru-paru, ginjal).
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit menular (Hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS), menurun (Hipertensi, DM, asma) dan menahun (jantng, paru-paru, ginjal).
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi.
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat
11. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi Sebelum hamil Saat hamil
Makan
Frekuensi : 3x /hari 1x /hari
Porsi : 1 piring 1 piring
Jenis : nasi, sayur, lauk nasi,sayur,lauk
Pantangan : tidak ada tidak ada nafsu makan
Keluhan : tidak ada tidak ada
Minum
Frekuensi : 6-7x /hari 6-7x /hari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : air putih air putih
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b. Pola Eliminasi
BAB sebelum hamil saat hamil
Frekuensi : 1x /hari 1x /hari
Konsistensi : lembek lembek
Warna : kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 2x /hari 2x /hari
Konsistensi : cair cair
Warna : kuning jernih kuning jernih
Keluhan : tidak ada tidak ada
Pola Istirahat
Tidur siang
Lama : 1jam /hari 1jam /hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur Malam
Lama : 8jam /hari 8jam /hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
c. Personal Hygiene
Mandi : 2x /hari 2x /hari
Ganti pakaian : 2x /hari 2x /hari
Gosok gigi : 2x /hari 2x /hari
Keramas : 3x /minggu 3x /hari
d. Pola Seksualitas
Frekuensi : 2x /minggu 2x /minggu
Keluhan : tidak ada tidak ada
f. Pola Aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)
Ibu mengatakan kegiatan kesehariannya selama hamil hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,memasak,mencuci.
12. Psikososiospiritual
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya, suami dan keluarga mendukung kehamilannya, hubungan ibu dengan suami, keluarga, tetangga berhubungan baik, ibu rajin beribadah, ibu aktif di kegiatan PKK di desanya, dan kehidupan ekonomi keluarga tercukupi.
13. Pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan dan nifas
- Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan yaitu tentang ketidaknyamanan pada kehamilan trimester 1
- Ibu mengatakan belum mengetahui tentang persalinan
- Ibu mengatakan belum mengetahui tentang masa nifas
.
14. Lingkungan yang berpengaruh dan hewan peliharaan
- Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah bersih dan aman serta tidak mengganggu kehamilan
- Ibu mengatakan tidak memelihara hewan apapun dirumah
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status Emosional : Stabil
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 370C
Nadi : 74 x/menit
Berat badan : Sebelum hamil = 48 kg
Saat hamil = 46,5 kg
Penurunan BB = 1,5 kg
Tinggi badan : 157 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesocephalus, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Rambut : keriting, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok, keadaan
bersih
Muka : oval,tidak pucat,tidak oedem,tidak ada cloasma gravidarum
Telinga : Simetris,lubang telinga bersih,pendengaran baik
Mata : Simetris,konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik tidak ada tanda infeksi
Hidung : Simetris,lubang hidung bersih,tidak ada polip,fungsi
penciuman normal.
Mulut : Rongga mulut bersih,gigi tidak berlubang,tidak ada stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,kelenjar limfe,vena
Jugularis,dan parotis
Dada : simetris,nafas teratur,tidak ada benjolan abnormal
Payudara : simetris,tidak ada pembesaran,putting susu menonjol,aerola
tidak hiperpigmentasi
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi,perut bagian bawah sedikit
Mengembung dan nyeri tekan
Osborn Test : Tidak dilakukan
TFU menurut Mc. Donald : - TBJ : - gram
Auskultasi DJJ :
Ektremitas atas : Simetris,kuku tidak pucat,jumlah jari lengkap
Ekstremitas bawah : Simetris,kuku tidak pucat,jumlah jari lengkap
Anus : Tidak ada hemorrhoid
Pemeriksaan panggul luar : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 9 gr%
USG : tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi yang terdapat di lumen tuba.
4. Data Penunjang
Tidak ada
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Seorang Ny. M usia 26 tahun G1P0A0Ah0 UK 6+2 minggu dengan KET
1. Ibu mengatakan hamil anak pertama dan belum pernah keguguran
2. Ibu mengatakan usianya 26 tahun
3. Ibu mengatakan haid terakhirnya tanggal 22 januari 2012
4. Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawahnya, dan keluar bercak – bercak darah
5. Ibu mengatakan pusing dan lemas
Dasar Objektif :
1. KU : Lemah, Kesadaran : Composmentis.
2. TTV : TD :110/70mmHg N : 68x/memnit R: 22x/menit S: 37OC
3. HPHT : 24 januari 2012 HPL : 1 mei 2012
4. Px fisik :
a. Pemeriksaan Abdomen :
1) Palpasi : tidak teraba adanya balotemen perut bagian bawah sedikit mengembung dan tegang, serta adanya nyeri tekan pada perut bagian bawah.
Palpasi: Leopold I : tidak dilakukan
Leopold II : tidak di lakukan
Leopold IV : tidak dilakukan
2) Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin
3) Inspeksi : terlihat Pembesaran uterus dan tidak ada bekas luka
b. Pemeriksaan Mata : Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik
c. Pemeriksaan genetalia : dilakukan pemeriksaan genetalia eksterna
menggunakan spekulum terlihat adanya darah di kavum douglas dan terdapat sedikit pengeluaran darah atau flek-flek hitam ke coklatan
Data Penunjang :
HB : 9 gr%
B. Masalah
Penurunan berat badan dan gangguan psikologis
Dasar Subjektif :
- Ibu mengatakan tidak nafsu makan
- Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya
- Ibu mengatakan sulit beraktivitas dan terus mengeluarkan darah dari vagina
Dasar Objektif :
KU : lemah , dan ibu terlihat pucat
BB sebelum hamil : 48 kg
BB setelah hamil : 46,5 kg
TTV : TD :110/70mmHg N : 68x/memnit R: 22x/menit S: 37OC
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
A. Abortus iminens : terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan
B. Abortus inkomplit : perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah di luar kavum uteri melalui kanalis servikalis
C. Rupture tuba : robekan yang terjadi pada tuba
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
- Pasang infus NaCl 20 tpm
- Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya dan pemberian terapi
V. PERENCANAAN Tanggal : 08 Maret 2012 Jam : 08.20 WIB Oleh: Bidan Ani
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini
3 . Anjurkan ibu untuk puasa selama 6 jam
a. Beritahu ibu untuk penuhi nutrisinya
6. Berikan ibu terapi sesuai instruksi dokter
VI. PELAKSANAAN Tanggal : 08 Maret 2012 Jam : 08.25 WIB Oleh: Bidan Ani
1. a. Menjelaskan pada dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini,mliputi
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 370C
Nadi : 74 x/menit
HB : 9 gr%
dan ketika dilakukan pemeriksaan Leopold uterus teraba bulat lebar tetapi tidak teraba balotemen, kemudian pada saat USG ternyata kehamilan berimplantasi dan tumbuh di luar rahim yaitu di tuba.
2. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan tindakan laparatomi yaitu tentang tindakan pembedahan di bagian perut oleh dokter untuk menghilangkan sumber perdarahan.
3. Menganjurkan ibu untuk puasa 6 jam sebelum dilakukan tindakan laparatomi
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat total, melarang ibu untuk melakukan aktivitas yang berat karena dapat terjadi perdarahan yang lebih berat.
5. Memberikan konseling pasca tindakan yaitu :
a. Jelaskan pada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisinya, dengan makan-makanan yang banyak mengandung gizi yaitu makanan yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral. Misalnya makanan sehari-hari; nasi, sayur, buah-buahan. Sayur misalnya; wortel, tomat, bayam, katu. Lauk misal; tempe, tahu, telur, hati, daging. Buah misalnya; jeruk, apel, melon, pepaya, dan di tambah minum susu.
b. Jelaskan pada ibu tentang kelanjutan fungsi reproduksinya kelenjar fungsi reproduksi ibu hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.
c. Menjelaskan pada ibu tentang resiko kehamilan yang berulang itu dilaporkan berkisar antara 0-14,6% kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah 50%
d. Memberitahu tentang kontrasepsi yang baik digunakan yaitu dengan menggunakan kondom atau dengan KB kalender.
6. Memberikan ibu terapi sesuai intruksi dokter yaitu :
a. Ketoprofen 100 mg supositoria.
b. Tramadol 200 mg IV.
c. Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
VII. EVALUASI Tanggal : 08 Maret 2012 Jam: 08.45 WIB Oleh: Bidan Ayu
1. a. Ibu mengerti dengan keadaannya dan ibu merasa khawatir
b. Ibu merasa sedih mengetahui kehamilannya tidak bisa diselamatkan dan harus abortus.
c. Keluarga memberikan dukungan pada ibu dengan cara memberi motivasi kepada ibu.
2. Ibu bersedia untuk dilakukan tindakan laparotomi untuk menghilangkan sumber perdarahan.
3. Ibu bersedia untuk berpuasa selama 6 jam sebelum tindakan laparotomi.
4. Ibu bersedia untuk istirahat total dan tidak melakukan aktifitas yang terlalu berat agar tidak terjadi
perdarahan yang terlalu hebat.
5. a. Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi nya yaitu dengan memakan makanan yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral. Misalnya makanan sehari-hari; nasi, sayur, buah-buahan.
b. Ibu mengerti tentang fungsi kelanjutan reproduksinya dan ibu dapat menjelaskan kembali
c. Ibu mengerti tentang resiko kehamilan berulang dan ibu dapat menjelaskan kembali.
d. Ibu sudah mengerti tentang alat kontrasepsi yang baik untuk digunakan.
6. Ibu telah menerima terapi obat secara iv dan suppositoria
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan :
1. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut.
2. Sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, namun ada beberapa factor yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba, seperti Migratio Externa, hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok, gangguan fungsi silia endosalping, Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna, Bekas radang pada tuba, Kelainan bawaan pada tuba, dan abortus buatan.
3. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu, dapat menyebabkan hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi , abortus ke dalam lumen tuba, dan ruptur pada dinding tuba.
4. Gejala dan tanda pada kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.Namun gejala yang paling sering terjadi diantaranya : nyeri perut, adanya amenorea, perdarahan, shock karena hypovoluemia, nyeri bahu dan leher, nyeri pada palpasi, pembesaran uterus, pembesaran uterus, terjadi perubahan darah.
5. Beberapa hal yang termasuk factor risiko pada kehamilan ektopik adalah umur ibu, paritas ibu dan riwayat abortus.
6. Pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu adalah lakukan tes kehamilan, pemeriksaan umum, anamnesis, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kuldosentesis, pemeriksaan ultra sonografi, dan pemeriksaan laparoskopi.
7. Penanganan kehamilan ektopik terganggu yaitu
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat dapat berupa parsial salpingektomi dan salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada).
b. Berikan anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
c. Berikan analgesic untuk mengendalikan nyeri pasca tindakan.
d. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
e. Dan berikan konseling pasca tindakan.
B. KRITIK DAN SARAN
Diharapkan kepada setiap tenaga kesehatan apabila menemui dan mengetahui gejala seperti yang telah di jelaskan / dituliskan pada makalah ini agar segera menanganinya dengan cepat jangan di tunda karena dapat menimbulkan risiko tinggi.
|
terimakasih infonya